Senin, 07 Mei 2012
ANGGREK
1. SEJARAH SINGKAT
Anggrek merupakan tanaman bunga hias berupa benalu yang bunganya indah. Anggrek sudah
dikenal sejak 200 tahun lalu dan sejak 50 tahun terakhir mulai dibudidayakan secara luas di
Indonesia.
2. JENIS TANAMAN
Jenis anggrek yang terdapat di Indonesia termasuk jenis yang indah antara lain: Vanda
tricolor terdapat di Jawa Barat dan di Kaliurang, Vanda hookeriana, berwarna ungu berbintikbintik
berasal dari Sumatera, anggrek larat/Dendrobium phalaenopis, anggrek
bulan/Phalaenopsis amabilis, anggrek Apple Blossom, anggrek Paphiopedilun praestans yang
berasal dari Irian Jaya serta anggrek Paphiopedilun glaucophyllum yang berasal dari Jawa
Tengah. Tanaman anggrek dapat dibedakan berdasarkan sifat hidupnya, yaitu:
1. Anggrek Ephytis adalah jenis anggrek yang menupang pada batang/pohon lain tetapi
tidak merusak/merugikan yang ditumpangi. Alat yang dipakai untuk menempel adalah
akarnya, sedangkan akar yang fungsinya untuk mencari makanan adalah akar udara.
2. Anggrek semi Ephytis adalah jenis anggrek yang menempel pada pohon/tanaman lain
yang tidak merusak yang ditumpangi, hanya akar lekatnya juga berfungsi seperti akar
udara yaitu untuk mencari makanan untuk berkembang.
3. Anggrek tanah/anggrek Terrestris adalah jenis anggrek yang hidup di atas tanah.
3. MANFAAT TANAMAN
Manfaat utama tanaman ini adalah sebagai tanaman hias karena bunga anggrek mempunyai
keindahan, baunya yang khas. Selain itu anggrek bermanfaat sebagai campuran ramuan obatobatan,
bahan minyak wangi/minyak rambut.
4. SENTRA PENANAMAN
Sentra tanaman anggrek di Eropa adalah Inggris, sedangkan di Asia adalah Muangthai. Di
Indonesia, anggrek banyak terdapat di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatra ataupun di Irian
Jaya.
5. SYARAT PERTUMBUHAN
5.1. Iklim
1. Angin tidak dan curah hujan terlalu berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman
anggrek.
2. Sinar matahari sangat dibutuhkan sekali bagi tanaman ini. Kebutuhan cahaya
berbeda-beda tergantung pada jenis tanaman anggrek.
3. Suhu minimum untuk pertumbuhan anggrek adalah 12,7 derajat C. Jika suhu udara
malam berada di bawah 12,7 derajat C, maka daerah tersebut tidak dianjurkan untuk
ditanam anggrek (di dataran tinggi Dieng).
4. Tanaman anggrek tidak cocok dalam suasana basah terus menerus, akan tetapi
menyukai kelembaban udara di siang hari 65-70 %.
5.2. Media Tanam
Terdapat 3 jenis media untuk tanaman anggrek, yaitu:
1. Media untuk anggrek Ephytis dan Semi Ephytis terdiri dari:
1. Serat Pakis yang telah digodok.
2. 2. Kulit kayu yang dibuang getahnya.
3. Serabut kelapa yang telah direndam air selama 2 minggu.
4. Ijuk.
5. Potongan batang pohon enau.
6. Arang kayu .
7. Pecahan genting/batu bata.
8. Bahan-bahan dipotong menurut ukuran besar tanaman dan akarnya. Untuk
anggrek Semi Epirit yang akarnya menempel pada media untuk mencari
makanan, perlu diberi makanan tambahan seperti kompos, pupuk
kandang/daun-daunan.
2. Media untuk anggrek Terrestria : Jenis anggrek ini hidup di tanah maka perlu
ditambah pupuk kompos, sekam, pupuk kandang, darah binatang, serat pakis dan
lainnya.
3. Media untuk anggrek semi Terrestria : Bahan untuk media anggrek ini perlu pecahan
genteng yang agak besar, ditambah pupuk kandang sekam/serutan kayu. Dipakai
media pecahan genting, serabut kayu, serat pakis dan lainnya. Derajat keasaman air
tanah yang dipakai adalah 5,2.
5.3. Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat yang cocok bagi budidaya tanaman ini dapat dibedakan menjadi 3 macam
yaitu:
1. Anggrek panas (ketinggian 0-650 m dpl) : Anggrek panas memerlukan suhu udara 26-
30 derajat C pada siang hari, 21 derajat C pada malam hari, dengan daerah
ketinggian 0-650 meter dpl. Contoh jenis anggrek ini adalah:
1. Dendrobium phalaenopsis
2. Onchidium Papillo
3. Phaphilopedillum Bellatum
2. Anggrek sedang (ketinggian 150-1500 m dpl) : Anggrek sedang pada suhu udara
siang hari 21 derajat C dan 15–21 derajat C,pada malam hari, dengan ketinggian 150-
1500 m dpl.
3. Anggrek dingin (lebih dari 1500 m dpl) : Anggrek dingin jarang tumbuh di Indonesia,
tumbuh baik pada suhu udara 15-21 derajat C di siang hari dan 9–15 derajat C pada
malam hari, dengan ketinggian = 1500 m dpl. Contoh: anggrek jenis Cymbidium.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
1. Persyaratan Bibit : Bibit anggrek yang baik, sehat dan unggul mempunyai beberapa
ciri, yaitu: bentuk batang kuat, pertumbuhan pesat, daun subur, bunga lebat dan
indah.
2. Penyebaran Biji : Bibit anggrek berasal dari biji yang disemaikan. Adapun penyebaran
biji anggrek sebagai berikut:
1. Peralatan yang digunakan untuk penyebaran biji harus bersih.
2. Mensterilkan biji : Sebelum biji disebar harus disterilkan dulu dengan 10 gram
kaporit dilarutkan dalam 100 cc air kemudian saring kertas filter, dimasukkan
ke dalam botol. Biji dimasukan dalam botol dan digojog 10 menit. (biji
anggrek yang semula kuning kecoklatan berubah warna menjadi kehijauan).
Kemudian air dibuang dan diganti dengan aquades, digojog berulang kali (2–3
kali).
3. Penyebaran biji anggrek : Botol-botol yang telah disterilkan dapat digunakan
untuk menyebaran biji anggrek. Sebelum botol dibuka, leher botol dipanaskan
di atas lampu spritus untuk menghilangkan kuman. Untuk memasukan biji
anggrek ke dalam botol digunakan pipet yang dibersihkan dulu dengan cara
pemanasan di atas lampu spritus sampai merah kemudian dicelup kedalam
spritus. Botol yang telah terbuka kemudian diisi biji anggrek dan diratakan
keseluruh permukaan alas makanan yang telah disediakan. Sebelum botol
ditutup kita panaskan lagi di atas spritus kemudian ditutup kembali.
3. Teknik Penyemaian Benih :
1. Memeriksaan dengan mikroskop, baik atau tidaknya biji anggrek, yang kosong
berwarna putih dan yang isi kuning coklat/warna lain.
2. Mempersiapkan botol yang bermulut lebar bersih dan tidak berwarna agar
dapat meneruskan cahaya matahari yang dibutuhkan dan mudah dilihat.
3. Tutup botol dari kapas digulung-gulung sampai keras, ujung diikat tali untuk
memudahkan dicopot kembali, atau kain sisa yang dipotong potong.
Kerapatan tutup botol menjaga agar bakteri/jamur tidak masuk sehingga tidak
terinfeksi atau terkontaminasi.
4. Mempersiapkan lemari kaca (ent-kas) yang bersih dari bakteri/jamur dengan
kain yang sudah dicelup formalin udara dalam lemari disterilkan dengan kapas
dipiring dituangi formalin supaya menguap mensterilkan kaca (ent-kas).
5. Pembuatan sterilsasi alas makanan dan untuk membuat alas makanan
anggrek biasanya dipakai resep Khudson C (NORTHEN) 12 yaitu:
1. Ca(NO3)2H2O : 1,00 gram
2. KH2PO4 : 0,25 gram
3. MgSO47H2O : 0,25 gram
4. (NH4)2SO4 : 0,25 gram
5. Saccharose : 20 gram
6. FeSO4 4H2O : 0,25 gram
7. MnSO4 : 0,0075 gram
8. Agar-agar : 15–17,5 gram
9. Aquadest : 1000 cc
Pembuatan alas makanan diperlukan pH 5,2, dipergunakan pH
meter/kertas pH tekstil/Indikator Paper. Sterilisasi dengan cara
dipanaskan dalam Autoclaf yang sampai 110 derajat C selama
setengah jam atau dengan dandang kemudian diletakan pada tempat
bersih, dengan posisi miring, sehingga makanan setinggi 1/2–2/3
tinggi botol (dari alas sampai ke leher botol) dan didiamkan selama 5–
7 jam untuk mengetahui sterilisasi yang sempurna.
4. Pemindahan Bibit : Setelah tanaman di dalam botol berumur 9–12 bulan terlihat
besar, tumbuh akar. Dalam tingkat ini bibit sudah dapat dipindahkan kedalam pot
penyemaian yang berdiameter 7 cm, 12 cm atau 16 cm yang berlubang. Siapkan
pecahan genting, dan akar pakis warna coklat, di potong dengan panjang 5–30 mm
sehingga serabutnya terlepas satu sama lainnya. Sebelum dipakai terlebih dulu dicuci
bersih dan biarkan airnya hilang. Akar pakis setelah dicuci, direndam dulu dalam alas
makanan selama 24 jam yang berupa:
1. Urea atau ZA : 0,50 mg
2. DS, TS atau ES : 0,25 mg
3. Kalium sulfat atau K2SO4 : 0,25 mg
4. Air : 1000 cc
o Alaternatif lain sebagai alas makanan, dapat juga dipakai pupuk buatan
campuran unsur N, P, K perbandingan 60:30:10 atau dapat juga digunakan
pupuk kandang yang telah dicampur pakis dengan perbandingan pakis: pupuk
kandang = 4:1. Selain itu dapat digunakan kulit Pinus yang di potong kecil
sebesar biji kacang tanah, yang telah direndam dalam alas makanan seperti
akar pakis selama 24 jam. Untuk isian pot ini dapat juga digunakan arang
kayu bakar/serabut kelapa yang dipotong-potong sebesar ibu jari. Pot yang
disiapkan diisi dengan pecahan genting 1/3 tinggi pot/layah, kemudian isi
remukan pakis tersebut setinggi 1 cm di bawah tepi pot/layah (tidak perlu
dipadatkan). Pemindahan bibit ke dalam pot dilakukan dengan mengeluarkan
tanaman di botol dengan memasukkan air bersih ke dalam botol. Dengan
kawat bersih berujung seperti huruf U, tanaman dikeluarkan satu persatu
(akar lebih dahulu). Setelah keluar tanaman dicuci kaporit 1 % kemudian
dengan air bersih. Seedlings (semaian) ditanam dalam pot dengan rapat.
Apabila di dalam botol sudah terjadi kontaminasi jamur sebaik lebih dulu
direndam di dalam antibiotic (penicillin, streptomycin yang telah lewat
expirydatenya) 10 menit baru ditanam.
5. Pemindahan dari Pot Penyemaian : Setelah tanaman pada pot penyemaian cukup
tinggi, maka tanaman dipindahkan ke pot biasa yang berdiamater 4–6 cm, yang berisi
potongan genting/batu bata merah, kemudian beri pakis/kulit pinus yang telah
direndam dalam alas makanan sampai 1 cm di bawah tepi pot.
6.2. Pengolahan Media Tanam
Media tanam untuk tanaman anggrek tanah dibedakan:
1. Tanaman dalam pot (dengan diameter 7-30 cm tergantung dari jenis tanaman).
Apabila diameter pot dipilih 25-30 cm maka perlu dipasang tiang di tengah-tengah
pot, kemudian pot diisi pecahan genting. Anggrek di letakkan di tengah dan akarnya
disebar merata dalam pot, kemudian batang anggrek diikat pada tiang. Pot diisi pupuk
kandang yang telah dicampur sesuai dengan komposisi kira-kira 2/3 dari pot.
2. Media tanam dalam tanah dengan sistim bak-bak tanam. Bak terbuat dari batu bata
merah panjang 2 m lebar 40 cm dan tinggi bak 2 lapis batu bata merah. Pembuatan
bak ini di atas tanah untuk menghindari dari kebecekan, di tanah kering digali
sedalam 10-20 cm kemudian diberi bata ukuran 40 cm x 2 m dan jarak antara
pembantas dengan yang lain 3 cm. Tiang penahan dibuat 4 buah yang ditancapkan ke
dalam tanah dengan ketinggian masing-masing 1,5 m. Antara tiang satu dengan yang
lain dihubungkan dengan kayu sehingga keempat tiang tersebut merupakan suatu
rangkaian.
6.3. Teknik Penanaman
Penanaman tanaman anggrek, disesuaikan dengan sifat hidup tanaman anggrek, yaitu:
1. Anggrek Ephytis adalah anggrek yang menupang pada batang/pohon lain tetapi tidak
merusak/merugikan yang ditumpangi atau ditempelin. Alat yang dipakai untuk
menempel adalah akarnya, sedangkan akar yang fungsinya untuk mencari makanan
adalah akar udara.
2. Anggrek semi Ephytis adalah jenis anggrek yang menempel pada pohon/tanaman lain
yang tidak merusak yang ditempel, hanya akar lekatnya juga berfungsi seperti akar
udara yaitu untuk mencari makanan untuk berkembang.
3. Anggrek tanah/anggrek Terrestris.
6.4. Pemeliharaan Tanaman
1. Penjarangan dan Penyulaman : Penjarangan dan penyulaman dilakukan pada tempat
yang disesuaikan dengan jenis anggrek, yang sifatnya epphytis atau anggrek tanah.
2. Penyiangan : Untuk tanaman anggrek pada penyiangan pada waktu pada kondisi di
dalam botol kemudian dipisahkan ke dalam pot-pot yang sudah disediakan sesuai
jenis anggrek.
3. Pemupukan : Unsur makro yaitu unsur yang diperlukan dalam jumlah besar yang
meliputi: C, H, O, N, S, P, K, Ca, Mg. Untuk unsur mikro yaitu unsur yang dibutuhkan
dalam jumlah yang sedikit, antara lain: Cu, Zn, Mo, Mn, V, Sc, B, Si, dst. Unsur makro
dan unsur mikro dapat diambil dari udara atau dari tanah, berupa gas atau air dan
garam-garam yang terlarut di dalamnya. Pemupukan pada tanaman anggrek dibagi
dalam 3 tahapan, yaitu:
1. Pemupukan untuk bibit (seedlings) dengan N, P, K. Perbandingan
N:P:K=6:3:1. Unsur N lebih banyak dibutuhkan untuk pembentukan
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Unsur N diambil dari pupuk
ZA/urea, untuk P dipakai pupuk ES; DS; TS, dan K dari Kalium Sulfat
(K2SO4). Pupuk-pupuk buatan yang mengandung N, P, K:
1. Urea : 0,6 gram untuk 1 liter air
2. ES : 0,3 gram untuk 1 liter air
3. ZK : 0,1 gram untuk 1 liter air
2. Pemupukan untuk ukuran sedang (mid-size) dengan N, P, K. Perbandingan
N:P:K=3:3:3 yang sama banyak disini tidak memerlukan tambahan pupuk,
maka dapat dususun sendiri pupuk yang mengandung N, P, K dengan cara
misalnya :
1. Urea : 0,3 gram untuk 1 liter air
2. DS : 0,3 gram untuk 1 liter air
3. K2SO4 : 0,3 gram untuk 1 liter air
3. Pemupukan untuk ukuran berbunga (flowerings-size) : Tanaman yang sudah
berbunga dipupuk dengan perbandingan N:P:K= 1:6:1. Teknik pemberian
pupuk buatan adalah:
1. Dalam bentuk padat/powder yang dilakukan dengan menaburkan
secara hati-hati, jangan tersangkut pada daun/batangnya yang
menyebabkan daun/batang tadi dapat terbakar.
2. Disiramkan, yang mana anggrek dapat menyerap air dan garamgaram
yang terlarut di dalamnya. Cara ini banyak dilakukan dimanamana.
3. Penyemprotan, cara ini sangat baik apabila terjadi pembusukan akar
didalamnya, maka akarnya ditutup plastik.Pupuk kandang yang sering
digunakan adalah kotoran kuda, sapi, kerbau, kambing, ayam dan
lain-lain. Kebaikan pemakaian pupuk kandang selain mengandung
bermacam-macam unsur yang dibutuhkan oleh tanaman juga sangat
membantu dalam penyimpanan air, apalagi pada musim kemarau.
Keburukan dari pupuk kandang ini adalah di dalam kotoran banyak
bateri yang mengandung jamur. Untuk itu dianjurkan disangan lebih
dahulu untuk menghilangkan jamur/bakteri di dalamnya. Pemupukan
tanaman lebih baik dilakukan pada waktu pagi-pagi atau pada sore
hari sekitar pukul 5.00 sore.
4. Pengairan dan Penyiraman : Sumber air untuk penyiraman tanaman anggrek dapat
berasal dari:
1. Air Ledeng, baik untuk menyiram karena jernih dan steril, tetapi pHnya tinggi
maka perlu diturunkan dengan menambah suatu asam misalnya HCl. PH yang
baik sekitar 5,6-6.
2. Air sumur, baik untuk menyiram karena banyak mengandung mineral dari
tanah yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Air sumur di daerah kapur harus
diperhatikan pHnya.
3. Air hujan, yang ditampung didalam tong-tong/bak sangat baik untuk
menyiraman.
4. Air kali/air selokan, tetapi kita tidak tahu pasti apakah air itu mengandung
jamur, bakteri/lumut yang bisa mengganggu anggrek/tidak. Kalau dilihat dari
sudut isi makanan mungkin cukup baik. Hal perlu diperhatikan bagi petani
anggrek adalah mengetahui sifat-sifat dari isian pot supaya bisa mengatur
banyaknya air untuk menyiram. Adapun macam isian pot dan sifat diuraikan
sebagai berkut:
1. Pecahan genting/pecahan batu merah, yang mana mudah
menguapkan air dan sifat anggrek yang tidak begitu senang dengan
air sehingga tidak mudah untuk lumutan. Untuk pecahan genting lebih
kecil daya serapnya lebih banyak dan untuk siraman lebih sedikit.
2. Potongan sabut kelapa, pemakaian serabut kelapa lebih baik untuk
digunakan di daerah panas karena menyimpan air, tetapi kalau
penggunaan di daerah dingin tidak menguntungkan karena mudah
busuk.
3. Remukan akar pakis yang hitam, keras dan baru tidak mudah untuk
menyerap air, setelah beberapa bulan banyak menyerap air. Akar
pakis yang coklat dan lunak lebih mudah menyerap dan menahan air.
4. Potongan kulit pakis, dimana media ini sukar sekali untuk penyerapan
air, mudah terjadi penguapan. Jika potongannya besar, penyerapan
kecil dan jika potongan kecil penyerapan air lebih banyak. Bagi
tanaman yang sudah besar pedoman penyiramannya 3-7 hari sekali
musim hujan dan 1-3 hari sekali pada musim hujan.
5. Waktu Penyemprotan Pestisida : Obat-obatan sebaiknya disemprotkan pada waktu
pagi hari, lebih baik pada sore hari sekitar jam 5.00. Penyemprotan bagi tanaman
anggrek sehat, dilakukan rutin kurang lebih 3 bulan sekali. Penyemprotan bagi
tanaman anggrek terserang hama perlu dilakukan berulang-ulang 3 kali dengan
jangka waktu tertentu (untuk kutu) daun seminggu sekali. Adapun jenis insektisida
dan dosis yang digunakan untuk hama antara lain:
1. Orthene 75 SP dosis 5-10 gram/10 liter air untuk ulat pemakan daun
2. Bayrusil 250 EC dosis 2 cc/liter air untuk ulat pemakan daun
3. Malathion dosis 3 gram/liter air untuk ulat, kumbang, kutu
4. Kelthane dosis 2 gram/liter air, untuk kutu.
5. Metadeks dosis dibasahi air, dicampur dedak 6-8 cc/10 liter, untuk keong dan
bekicot air
6. Falidol E.605 dosis dibasahi air, dicampur dedak 6-8 cc/10 liter, untuk keong
dan bekicot air. Untuk hama bekicot ada 2 cara pengendaliannya yaitu:
1. Menyebarkan obat sekitar pot anggrek dengan mencampur antara
obat Metadeks ke dedak halus di tambah air sedikit.
2. Membuat larutan 1 cc Dieldrin 50% 25 EP dicampur dengan 1 liter air
atau 6–8 cc Folediol E 605 kedalam air 10 liter. Kemudian pot
tanaman anggrek direndam dalam larutan tersebut selama beberapa
waktu dan diulang satu minggu sekali.
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Hama
1. Tungau/kutu perisai
o Gejala: menempel pada pelepah daun; berwarna kemerahan jumlahnya
banyak; bekas serangan berupa bercak hitam dan merusak daun.
o Pengendalian: digosok dengan kapas dan air sabun; apabila serangan sudah
parah, harus disemprot oleh insektisida dengan dosis 2 cc/liter.
2. Semut
o Gejala: merusak akar dan tunas muda yang disebabkan oleh cendawan.
o Pengendalian: pot direndam dalam air dan ciptakan lingkungan bersih di
sekitar rak/sebaiknya pot digantung.
3. Belelang
o Gejala: pinggiran daun rusak dengan luka bergerigi tak beraturan. Untuk jenis
belalang berukuran kecil, perlu pengamatan cermat.
o Pengendalian: segera semprotkan insektisida yang bersifat racun kontak/yang
sistematik; bila jumlahnya sedikit bisa langsung dimusnahkan/dibunuh.
4. Trips
o Gejala: menempel pada buku-buku batang dan daun muda; menimbulkan
bercak abu-abu dipermukaan daun dan merusak bunga hingga bentuk bunga
tidak menarik.
o Pengendalian: secara periodik dan teratur pot anggrek disemprot insektisida.
5. Kutu babi
o Gejala: kerusakan yang ditimbulkan seperti akibat semut; tapi tidak
menyerang tunas daun.
o Pengendalian: perendaman dapat mengusir kutu babi dari pot anggrek.
6. Keong
o Gejala: menyerang lembaran daun anggrek.
o Pengendalian: dalam jumlah sedikit cukup diambil/dibunuh; bila jumlah
banyak perlu memakai insektisida/dijebak dengan bubuk prusi.
7. Red Spinder
o Gejala: bercak putih di bagian bawah daun; permukaan atas menjadi kuning
dan lama kelamaan daun mati.
o Pengendalian: bila sedikit cukup diambil dengan menggunakan isolatip lalu
dibakar/menggosok daun dengan alkohol; apabila banyak maka perlu
menggunakan insektisida dengan bahan aktif diazinon, dicofol.
8. Kumbang
o Gejala: yang terserang akan berlubang-lubang khusus kumbang penggerek
batang kerusakannya berupa lubang di tengah batang dan tidak nampak dari
luar; Larvanya yang menetas dari telur merusak daun anggrek.
o Pengendalian: menyemprotkan tanaman yang diserang dengan menggunakan
insektisida sistemik secara rutin; bersihkan pot dari kepompong dan telur
kumbang dengan jalan memindahkannya ke pot baru dan media tanam yang
baru pula.
9. Ulat daun
o Gejala: menyerang daun, kuncup bunga, tunas daun maupun bunga yang
sedang mekar.
o Pengendalian: kalau jumlahnya sedikit (2–5 ekor) dapat dibunuh dengan
tangan; bila banyak dapat menggunakan insektisida sistemik; tanaman yang
telah diserang sebaiknya dipisahkan dengan tanaman yang masih sehat.
10. Kepik
o Gejala: menghisap cairan daun tanaman anggrek, sehingga menyebabkan
bintik putih/kuning; tanaman yang diserang lama kelamaan akan gundul dan
tidak berhijau daun lagi.
o Pengendalian: semprotkan insektisida yang sama seperti untuk membasmi
serangga lainnya, seperti ulat, kumbang dan trips.
11. Kutu tudung
o Gejala: daun menjadi kuning, tidak sehat, lalu berwarna coklat dan mati.
o Pengendalian: seperti halnya membasmi ulat kumbang dan trips.
o
7.2. Penyakit
1. Penyakit buluk :
o Sering terdapat di dalam media tanam, kultur spora cendawan ini terbawa
oleh biji anggrek karena tutup botol tidak steril.
o Gejala: biji anggrek tidak mampu berkecambah dan persemaian dalam botol
akan gagal; kecambah yang telah tumbuh kalau diserang cendawan ini akan
mati/layu.
o Pengendalian: pada awal serangan media agar dikeluarkan dari botol, lalu
botol ditutup kembali, dilakukan dengan steriil; kalau kecambah anggrek
terlanjur besar, segera dikeluarkan dari botol dan dicuci dengan fungisida lalu
kecambah ditanam dalam pot.
2. Penyakit rebah kecambah :
o Merupakan penyakit anggrek selama masih dalam persemaian. Penyebaran
penyakit ini lewat air.
o Gejala: semula berupa bercak kecil bening pada permukaan daun, lalu
melebar, menulari ke atas sampai pada titik tumbuh pada tunas serta ke
bawah hingga ujung akar, kecambah anggrek akan membusuk dan mati.
o Pengendalian: bibit yang sakit sebaiknya segera dibuang, dibakar sampai
musnah. Pot dan kumpulan kecambah dikeringkan dan disemprot dengan
fungisida.
3. Penyakit bercak coklat
o Kecambah jenis Phalae-nopsis sangat peka terhadap bakteri ini, terutama
pada cuaca sangat lembab. Infeksi melalui daun basah atau di bekas luka
pada daun. Sentuhan daun yang sakit pada daun sehat dapat menularkan
penyakit ini.
o Gejala: bercak kecil bening pada pucuk daun. Dalam beberapa hari dapat
meluas ke seluruh kompot, daun kecambah anggrek menjadi rusak dan mati.
Penyakit ini sangat ganas, karena mematikan dan cepat menular.
o Pengendalian: sangat sulit penyakit ini pada awal serangan. Pada serangan
yang parah, tidak ada jalan lain kecuali memusnahkan seluruh kecambah
anggrek.
4. Penyakit bercak hitam
o Pada tanaman anggrek yang, penyakit ini cepat menular malalui akar dan alat
yang tidak sterill
o Gejala: timbul warna coklat kehitaman pada bagian tanaman yang terserang.
Mulai dari daun ke atas sampai ke tunas dan ke bawah hingga ujung akar.
Tanaman terlambat tumbuh, kerdil dan mengakibatkan kematian.
o Pengendalian: bagian yang terserang dipotong dan dibuang atau disemprotkan
fungisida; alat-alat potong disiram alkohol/dibakar sebelum digunakan.
5. Penyakit busuk akar
o Penyebab: cendawan Rhizoctonia Solani.
o Gejala: akar leher membusuk mencapai rhizoma dan umbi batang, daun dan
umbi batang menguning, berkeriput, tipis dan bengkok, tanaman kerdil dan
tidak sehat.
o Pengendalian: semua bagian tanaman yang sakit dipotong dan dibuang;
bekasnya disemprot dengan fungisida (Benlate).
6. Penyakit layu
o Penyebab: cendawan Fusarium Oxyporium.
o Gejala: mirip serangan penyakit busuk akar, namun pada rhizoma terdapat
garis-garis, atau lingkaran berwarna ungu. Pada serangan berat, seluruh
rizhoma menjadi ungu, diikuti pembusukan pada umbi batang, tanaman
sangat tidak sehat.
o Pengendalian: bagian yang terserang dibuang lalu bekasnya disemprotkan
Benlate. Tanaman segera dipindahkan ke media tanam baru, yang masih
segar dan bersih. Usahakan terdapat aliran udara yang lancar di sekitar
tanaman.
7. Penyakit busuk
o Penyebab: cendawan Sclerotium Rolfsi.
o Gejala: terdapat bintil-bintil kecil berwarna coklat pada bagian tanaman yang
terkena penyakit.
o Pengendalian: bagian tanaman yang sakit dipotong dan dibuang. Media
tanaman dan seluruh pot didesinfektan dengan larutan formalin 4 % ataupun
fungisida/antibiotik Natrippene 0,5 % selama 1 jam.
8. Penyakit bercak coklat
o Gejala: bercak coklat pada permukaan daun, lalu menyebar keseluruh bagian
tanaman.
o Pengendalian: membuang semua bagian yang sakit, lalu semprotkan
fungisida/ antibiotika Streptomycin atau Physan 20.
9. Penyakit busuk lunak
o Penyebab: bakteri Erwinia Cartovora.
o Gejala: daun dan akar membusuk serta berbau. Penyakit ini cepat sekali
meluas namun khusus pada rhizoma dan umbi batang, penyebarannya agak
lambat.
o Penanggulangan: peralatan kebun harus steril, bagian yang sakit dipotong dan
dibuang. Semprotkan Physan 20, pot tanaman disemprot dengan formalin 4
%.
10. Penyakit bercak bercincin
o Penyebab: virus TMVO (Tobacco Mozaic Virus Odontoglos-sum).
o Gejala: timbul lingkaran atau garis-garis kekuningan pada permukaan daun.
o Pengendalian: hanya dengan pencegahan yakni membuang bagian tanaman
yang sakit serta menstrerilkan semua alat potong.
11. Penyakit Cymbidium
o Penyebab: virus Mozaic Cymbidium.
o Gejala: semula berupa bercak kekuningan lalu muncul jaringan mati berbintik,
bergaris atau lingkaran. Khusus pada Cattleya, bercak tadi berwarna coklat
atau hitam cekung. Kadang ada gejala kematian jaringan di tengah daun yang
dilingkari jaringan normal. Daun tua banyak sekali menunjukkan adanya bintik
jaringan yang mati.
o Pengendalian: hanya bersifat pencegahan yaitu membuang bagian tanaman
yang sakit, serta mensterilkan segala alat yang dipakai.
12. Penyakit busuk hitam
o Penyebab: cendawan Phytopytora Omnivora.
o Gejala: muncul warna kehitaman
pada pangkal daun, lalu melunak dan busuk, akhirnya daun mati.
o Pengendalian: semprotkan fungisida seperti Baycor Dithane M-45, Benlate,
Ferban, Physan, Truban atau Banrot. Untuk yang berbentuk tepung gunakan
dosis 2 gram/2 liter air.
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Tanaman Berbunga
Umur tanaman anggrek berbunga, tergantung jenisnya. Umumnya tanaman angrek dewasa
berbunga setelah 1-2 bulan ditanam. Tangkai bunga yang dihasilkan kira-kira 2 tangkai
dengan jumlah kuntum sebanyak 20-25 kuntum pertangkai.
8.2. Cara Pemetikan Bunga
Untuk panen bunga anggrek perlu diperhatikan, pemotongan dilakukan pada jarak 2 cm dari
pangkal tangkai bunga dengan menggunakan alat potong yang bersih.
8.3. Prakiraan Produksi
Bibit anggrek yang sudah dewasa dan sesudah 2 bulan tangkai bunga akan menghasilkan 2
tangkai dengan jumlah kuntum 20-25 kuntum/tangkai.
9. PASCAPANEN
9.1. Pengumpulan
Pengumpulan bunga anggrek dilakukan berdasarkan permintaan pasar. Jenis anggrek
Dendrobium dapat dipanen dalam bentuk:
1. Tanaman muda untuk bibit
2. Tanaman dewasa untuk tanaman hias
3. Bunga potong
Tanaman muda untuk bibit biasa dijual dalam bentuk pot kecil, sedangkan tanaman dewasa
biasanya tanaman sudah berbunga. Untuk bunga potong dipilih tangkai yang kuntumnya
paling banyak sudah mekar (kuncup tersisa 1–3 kuntum).
9.2. Penyortiran dan Penggolongan
Bunga dipilih yang bagus, tidak kena penyakit ataupun luka. Selanjutnya bunga dikelompokan
sesuai dengan kebutuhan berdasarkan tingkat kesegaran atau ukuran bunga dengan maksud
untuk mempertahanankan nilai jual sehingga bunga yang bagus tidak turun harganya.
9.3. Penyimpanan
Penyimpanan bertujuan untuk memperlambat proses kelayuan bunga, sehingga dilakukan
pada saat:
1. Bunga baru saja dipetik sambil menunggu pemanen selesai.
2. Bunga yang telah dipanen tidak segera dijual atau diangkut.
3. Bunga mengalami perjalanan sebelum sampai ke konsumen.
Agar bunga tetap segar perlu adanya pengawetan dengan tujuan agar penurunan mutu lebih
lambat bunga tetap segar. Usaha pengawetan bunga dillakukan dengan cara penempatan
bunga dalam larutan pengawet atau air hangat (38–43 derajat C) selama 2 jam. Larutan
bahan pengawet tersebut antara lain:
1. Larutan seven up dengan kadar 30 %.
2. 2 % larutan gula ditambah 2 gram physan (termasuk fungisida) dan 1 gram asam
sitrat per 10 liter.
3. 2 % larutan gula ditambah 2 gram 8-hydroquinoline sulfat dan 1 gram asam sitrat per
10 liter.
4. Larutan gula kadar 4–5 % ditambah 0,2 gram quinolin per liter.
Pengawetan untuk bunga yang dikirim jauh adalah dengan merendam tangkainya dalam
larutan gula dengan kadar 6–8 % selama 24 jam atau dimasukan dalam kantong plastik dan
kadar karbon dioksida (CO2) dinaikkan dengan menggunakan es kering atau isimpan pada
ruangan dengan kondisi udara antara 0–5 derajat C.
9.4. Pengemasan dan Pengangkutan
Setelah dilakukan pembersihan, pemilihan dan pengawetan bunga dendrobium potong dipak
melalui cara:
1. Setiap sepuluh tangkai dibungkus bagian pucuk dengan menggunakan kantong plastik
tipis, ukuran disesuaikan tergantung panjang tangkai.
2. Setiap pangkal tangkai dibalut kapas basah, kemudian dibungkus kantong plastik
ukuran panjang 8 cm dan lebar 4 cm.
3. Pembungkus bunga dan pembungkus pangkal tangkai digabungkan selanjutnya diikat
dengan karet gelang.
4. Bungkusan-bungkusan bunga disusun bersilang di dalam kotak karton yang berlubang
sampai cukup padat.
5. Kotak karton ditutup rapat dengan menggunakan carton tape.
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
10.1. Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya bunga anggrek Dendrobium dengan luas lahan 1,25 m x 12 m;
Untuk satu pohon/pot dapat menghasilkan bunga sebanyak 2–3 tangkai bunga dimana
anggrek dalam pot mulai berbunga pada umur 3-5 bulan dan menjadi bunga potong pada
umur 6–7 bulan dengan masa panen optimal 4 kali. Pada panen ke 2 s.d. ke 4 di atas umur 8
bulan; dalam satu tangkai bunga terdapat 10-15 kuntum bunga. Analisis dilakukan pada
tahun 1999 di daerah Bogor. Harga 1 kuntum bunga mencapai harga Rp. 750,- sampai Rp.
1000,-.
1. Biaya produksi
1. Bibit
Bibit: 8 botol @ Rp. 40.000,- Rp. 320.000,-
Akar pakis: 5 ikat (42 lempeng /ikat) Rp. 75.000,-
2. Perlengkapan
Arang: 80 kg @ Rp. 1.250,- Rp. 100.000,-
Pot ukuran 15 cm: 400 bh @ Rp. 750,- Rp. 4.500.000,-
Gandasil: 2 pak @ Rp. 7.500,- Rp. 15.000,-
Kerangka: 1 unit bambu Rp. 150.000,-
3. Pupuk
Furadan Rp. 20.000,-
Azodrin: 1 botol Rp. 12.500,-
Pupuk Urea: 5 kg @ Rp. 2.000,- Rp. 10.000,-
NPK: 2,5 kg @ Rp. 2.000,- Rp. 5.000,-
o Jumlah biaya produksi Rp. 5.207.000,-
2. Pendapatan: 3 tangkai x 10 kuntum x 400 pot x Rp.750,- Rp. 9.000.000,-
3. Keuntungan Rp. 3.793.000,-
4. Parameter kelayakan usaha : 1. Rasio output/input = 1,73
10.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Dalam usaha anggrek ini sangat visibel dan modal akan kembali dalam waktu kurang lebih 8
bulan sejak penaman dan apabila penjualan dimulai dari sejak dalam botol, maka akan dapat
mengurangi biaya operasional. Selain dari segi biaya modal, kebutuhan bunga potong dalam
negeri per tahun untuk berbagai jenis anggrek diperkirakan sekitar 5 juta tangkai. Jumlah
tersebut diluar adanya permintaan akan kebutuhan komoditi ekspor.
11. STANDAR PRODUKSI
11.1. Ruang Lingkup
Standar meliputi klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat
penandaan dan pengemasan.
11.2. Diskripsi
Standar mutu bunga angrek potong ini di Indonesia tercantum dalam SNI 01–3171– 1992.
11.3. Klasifikasi dan Standar Mutu
Bunga angrek potongan antara lain terdiri dari 3 jenis “Arathera James Storie” yang
digolongkan dalam empat jenis mutu, “Arachin Maggie Oie” dan “Oncidium Golden Shower”
yang masing-masing digolongkan dalam tiga jenis mutu.
1. a) Aranthera James Storie
1. Panjang tangkai: mutu I=75 cm; mutu II=67,5 cm; mutu III=60 cm; cara uji
dengan SP-SMP-287-1980.
2. Minimum jumlah bunga: mutu I=7; mutu II=6; mutu III=6; cara uji dengan
organoleptik.
3. Minimum jumlah kuncup: mutu I=2; mutu II=2; mutu III=2; cara uji dengan
organoleptik.
4. Minimum jumlah cabang: mutu I=3; mutu II=2; mutu III=1 ; cara uji dengan
organoleptik.
5. Susunan bunga dalam tangkai: mutu I=lengkap; mutu II=lengkap; mutu
III=lengkap; cara uji dengan organoleptik.
6. Bunga rusak karena serangga/jamur/mekanis: mutu I=tidak ada; mutu
II=tidak ada; mutu III=tidak ada; cara uji organoleptik.
2. Arachnis Maggie Oei
1. Panjang tangkai: mutu I=60 cm; mutu II=42,5 cm; mutu III=32,5 cm; cara
uji dengan SP-SMP-287-1980.
2. Minimum jumlah bunga: mutu I=8; mutu II=8; mutu III=8; cara uji dengan
organoleptik.
3. Minimum. jumlah kuncup: mutu I=2; mutu II=2; mutu III=2; cara uji dengan
organoleptik.
4. Susunan bunga dalam tangkai: mutu I=lengkap; mutu II=lengkap; mutu
III=lengkap; cara uji dengan organoleptik.
5. Bunga rusak karena serangga/jamur/mekanis: mutu I=tidak ada; mutu
II=tidak ada; mutu III=tidak ada; cara uji organoleptik.
3. Onchidium Goldian Varientas Golden Shower
1. Panjang tangkai: mutu I=67,5 cm; mutu II=60 cm; mutu III=35 cm; cara uji
dengan SP-SMP-287-1980.
2. Minimum jumlah bunga: mutu I=7; mutu II=7; mutu III=7; cara uji dengan
SP-SMP- 288-1980.
3. Minimum jumlah kuncup: mutu I=5; mutu II=5; mutu III=5; cara uji dengan
SP-SMP- 288-1980.
4. Minimum jumlah cabang: mutu I=9; mutu II=7; mutu III=27; cara uji dengan
organoleptik.
11.4. Pengambilan Contoh
Contoh diambil secara acak dari jumlah kemasan terkecil dalam lot dan contoh dengan rincian
sebagai berikut:
1. Contoh yang diambil 1, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 1 – 3.
2. Contoh yang diambil 3, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 4 – 25.
3. Contoh yang diambil 6, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 26 – 50.
4. Contoh yang diambil 8, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 51 – 100.
5. Contoh yang diambil 10, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 101 – 150.
6. Contoh yang diambil 12, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 151 – 200.
7. Contoh yang diambil 15, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 201 – lebih.
Sedangkan untuk petugas pengambil contoh adalah orang yang telah berpengalaman/dilatih
lebih dahulu dan mempunyai ikatan dalam suatu badan hukum.
11.5. Pengemasan
1) Cara pengemasan
Pangkal tangkai bunga angrek potongan dimasukan ke dalam tube berisi cairan
pengawet/dibungkus dengan kapas kemudian dimasukan ke dalam kantong plastik berisi
cairan pengawet lalu dikemas dalam kotak karton/kemasan lain yang sesuai.
2) Pemberian merek
Pada bagian luar kemasan diberi tulisan:
1. Nama barang/varietas anggrek.
2. Jenis mutu.
3. Nama atau kode produsen/eksportir.
4. Jumlah isi.
5. Negara/tempat tujuan.
6. Produksi Indonesia.
12. DAFTAR PUSTAKA
1. Osman, Fiyanti, Indah Prasasti (1989) Anggrek Dendrobium, Jakarta Penebar
Swadaya IKAPI 219 hal.
2. Tim Red. Trubus (1997) Jakarta. Anggrek Potong Penebar Swadaya 34 hal.
3. Agribisnis Tanaman Hias, F.Rahardi, Sri Wahyuni, Eko M. Nurcahyo, Penerbar Swadaya
1993
4. Budidaya Tanaman Anggrek – Departemen Pertanian 1987, 63 hal.
5. Merawat Anggrek , Sutarni M. Soeryowinoto, Penerbit Yayasan Kanisius, 87 hal.
Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar